In the Name of Allah the Most Gracious the Most Merciful

June 29, 2008

posyandu

Posyandu? Masihkah ada orang yang ingat dengan keberadaan Posyandu alias pos pelayanan terpadu.
sesaat ingatanku melayang ke pos RT di kompleks tempatku tinggal di kawasan pamulang. Sebulan sekali berlangsung kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang tugasnya mencatat dan mendata jumlah ibu hamil (termasuk status kesehatannya) serta mendata jumlah bayi dan anak-anak balita --termasuk menimbang dan mencatatnya dalam bentuk grafik di KMS (Kartu Menuju Sehat) yang dimiliki ibunya masing-masing). orangtuanya membawa kartu KMS (Kartu Menuju Sehat). Mereka gembira jika bobot anaknya naik dan dibilang sehat oleh bidan atau dokter yang memeriksa. Penyuluh Posyandu tak kurang girangnya. sebab tugas sebagai penyuluh artinya berhasil, bukan? Tak kurang dari 100 anak balita yang tercatat di Posyandu Tuna yang mendapat layanan kesehatan.Apalagi jika ada pemberian vaksin gratis, pasti pengunjung Posyandu Tuna makin membludak. akhirnya bidan segera angkat telpon ke Puskesmas minta ada tambahan vaksin polio atau vit A.
Posyandu sebagai lini terdepan untuk memberdayakan perempuan di tingkat bawah selayaknya memang mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Betapa tidak, setiap kelurahan memiliki lebih dari lima posyandu yang mampu merekam jumlah ibu-ibu hamil serta jumlah balita di kawasannya. Ini berarti semua registrasi kondisi ibu hamil dan status balita sebenarnya dapat terekam oleh pemerintah daerah maupun pusat. asalkan petugas kesehatan mau rajin dan mencermati setiap laporan angka yang disampaikan petugas posyandu yang notabene adalah para volunteer. yaitu ibu-ibu rumahtangga yang rela menyisihkan waktunya setiap bulan sekali untuk memberi penyuluhan pada ibu-ibu yang memiliki anak-anak balita.
Jika semua data yang dilakukan masing-masing Posyandu itu valid dan sampai ke pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, saya rasa kasus balita dengan gizi buruk mestinya sudah dapat segera diketahui dan dapat diatasi. Mengapa demikian?
karena setiap ibu yang membawa anaknya ke Posyandu dengan membawa KMS, tentu akan segera diketahui status gizi anaknya itu. Jika status gizinya buruk, maka otomatis si ibu mendapat rekomendasi untuk segera melanjutkan perawatan anaknya ke puskesmas atau rumahsakit daerah terdekat. selain itu data ini bukan hanya dimiliki si ibu di dalam KMSnya, tapi juga dimiliki ibu petugas posyandu (volunteer), bidan yang bertugas pada saat itu. Bahkan peta daerah dimana banyak terdapat anak-anak dengan gizi buruk akan segera terdeteksi dengan adanya rekaman catatan ini. tembusan dari catatan ini pasti sampai ke tingkat kelurahan dan kecamatan. Jadi mustahil tidak sampai ke tingkat atas.
Maka sudah selayaknya mulai kini pemerintah tidak lagi memandang sebelah mata keberadaan Posyandu. Memang banyak Posyandu yang tidak aktif lagi. Tapi saya yakin masih banyak ibu-ibu yang bersedia menjadi volunteer menjalankan Posyandu.
Saya yakin Posyandu adalah potensi yang selama ini kurang mendapat perhatian bahkan cenderung diabaikan keberadaannya oleh pemerintah. Posyandu itu sendiri dulu diperkenalkan oleh ibu Soepardjo Roestam.
Sayang sekali jika Posyandu tidak dijadikan sebagai partner pemerintah dalam memetakan status gizi buruk anak-anak balita. Ibu-ibu sudah susah payah belajar membuat grafik, membuat peta lingkup wilayahnya, memberi penyuluhan gizi, tentang TOGA (tanaman obat keluarga) yang pernah diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan F.A Moeloek. Bahkan belakangan juga mendapat bantuan sedikit dari BKKBN dan Diknas untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Jika saja Posyandu mendapat tempat di hati para ibu di legislatif dan eksekutif...saya masih menaruh harapan besar masa depan anak-anak Indonesia amat cerah....ayo ke Posyandu!!!

No comments:

Post a Comment